Ketua Pelaksana Kegiatan : Hj. HERAWATI,
S.Kar, M.Pd
Publisher : Ayurizal S.Sn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi :
Randai
merupakan salah satu kesenian tradisional Minangkabau yang berbentuk
teater, kaya dengan bermacam unsur seni seperti seni tari ( galombang ), seni
musik ( dendang ) dan seni sastra ( dialog ). Sebagai salah satu kesenian yang
komplit pembinaan randai mestilah dilakukan secara intensif dan mendapat
perhatian yang seimbang . Akan tetapi kenyataan dilapangan berbicara bahwa
randai belum terbina sepenuhnya dalam suatu sistem yang berkesinambungan.
Kondisi ini mengakibatkan kehidupan dan frekuensi pertunjukan randai lebih
sedikit jika dibandingkan dengan kesenian lainnya apalagi jika dibandingkan
dengan kesenian modern. Hal seperti ini dimasa datang sangat menghawatirkan
bahkan lebih jauh randai berkemungkinan
besar diancam kepunahan. Salah satu upaya untuk pembinaan dan pelestarian seni
tradisi randai dapat dilakukan melalui pelatihan pada generasi muda.
Penguasaan
keterampilan memainkan Randai ternyata
dapat memberi manfaat ganda.
Disamping penguasaan keterampilan secara teknis , pertunjukan Randai
sangat menunjang program pemerintah dalam bidang pembangunan nasional ,
serta dapat memelihara dan mengembangkan
budaya warisan leluhur yang dijadikan konsumsi hiburan masyarakat,
dan memberi dampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat. Seni pertunjukan
Randai didominasi oleh unsur sastra berbentuk dendang dan dialog. Sastra
dendang diungkapkan pada umumnya dalam bentuk pantun atau di minangkabau
diistilahkan dengan sastra berbentuk tikam jajak. Hasil survey penulis
menyimpulkan bahwa komunikasi melalui Randai dengan sastra yang estetis dapat
merajut perasaan, menciptakan kerukunan, memberi sugesti mengenal diri/ koreksi
diri antar masyarakat sebudaya. Konsep sugesti mengenal diri sangat bermanfaat
bagi generasi muda mewujudkan masyarakat madani yang hidup penuh toleransi,
rukun dan damai. Suatu kenyataan berbicara bahwa generasi muda di nagari Limau Purut Kecamatan Pariaman Timur Kabupaten Padang
Pariaman pada umumnya tidak lagi mencintai kesenian Randai terbukti dari hasil
survey bahwa pada setiap diadakan lomba
Randai baik yang diadakan di jajaran
pemerintahan ataupun masyarakat, para peserta boleh dikatakan terdiri dari kaum
tua , dan sedikit sekali dewasa apalagi
golongan yang muda-muda. Kondisi seperti ini sangat menghawatirkan bagi
pengabdi , disangsikan akan terjadi
penurunan minat generasi muda terhadap penguasaan keterampilan Randai. Tentu
dimasa datang akan terjadi ancaman kepunahan Randai. Upaya melatih pada generasi muda merupakan salah satu usaha untuk menghindari kepunahan Randai
tersebut.
Sebagai
kesenian rakyat Minangkabau, Randai memang lahir dari lingkungan rakyat , oleh
rakyat dan untuk rakyat. Namun
eksistensinya ditengah-tengah masyarakat tidak luput dari sentuhan atau
pengaruh budaya asing, akan tetapi pemeliharaan dan frekuensi pertunjukannya
sangat kurang dan dikhawatirkan akan punah, kepedulian yang rendah disebabkan
informasi dan pengetahuan yang rendah serta keterampilan yang lemah, apalagi
tingkat pendidikan rendah. Generasi muda pada umumnya menyenangi orgen tunggal
dibanding pertunjukan Randai, terbukti pada acara perkawinan lebih hebat dan heboh ber Orgen dibanding ber Randai. Jelas Randai mereka
anggap sebagai kesenian yang kuno. Ancaman kepunahan Randai sebagian disebabkan
oleh sistem pewarisan secara oral, dimana sikap perilaku sangat mempengaruhi
proses pewarisan. Oleh sebab itu upaya pelatihan oleh tenaga akademis akan
mempertipis kecemasan punahnya Randai dimasyarakat.
B. Identifikasi
dan Perumusan Masalah
Pengetahuan
generasi muda / masyarakat tentang perkembangan randai berdasarkan analisis
situasi yang dikemukakan diatas , maka terlihat beberapa permasalahan yang
diharapkan dapat dijawab dengan melaksanakan kegiatan pengabdian pada
masyarakat. Permasalahan sebagai berikut:
1. Pengetahuan
generasi muda / masyarakat Limau Purut tentang konsep randai dalam permainan yang mencerminkan sikap sopan
santun dan bijaksana dalam komunikasi masih rendah.
2. Penguasaan
secara teknis generasi muda/ masyarakat Limau Purut tentang unsur-unsur pokok
randai sebagai teater rakyat yang komplit memiliki beberapa
unsur seperti sastra ( dendang dan dialog ), tari ( galombang ) , dan penjiwaan
tokoh masih kurang.
3. Perkembangan
randai pada saat ini belum diikuti dan disikapi secara piawai.
4. Kesadaran
generasi muda / masyarakat Limau Purut tentang penguasaan permainan randai baik teori maupun praktek masih kurang.
5. Penguasaan tentang unsur-unsur pendukung lainnya dalam
randai seperti rias busana , penataan panggung
dan property lainnya masih kurang.
C. Tujuan
Kegiatan
1. Meningkatkan
pengetahuan generasi muda / masyarakat secara teknis tentang penguasaan randai secara tradisi dan kreasi.
2. Meningkatkan
pengetahuan generasi muda dan masyarakat tentang unsur—unsur pokok randai yang menjadikan randai sebagai seni
pertunjukan yang komplit.
3. Meningkatkan
pengetahuan generasi muda / masyarakat tentang
konsep sastra diminangkabau yang mampu meningkatkan sikap sopan santun
dan bijaksana dalam berkomunikasi dengan segala lapisan masyarakat.
4. Meningkatkan
kesadaran generasi muda/ masyarakat tentang pentingnya penguasaan randai sehingga disadari bahwa randai dapat meningkatkan kewibawaan masyarakat dan
dapat mendatangkan keuntungan baik untuk pribadi maupun kelompok.
D. Manfaat
Kegiatan
Berhubung
anggota pelatih terdiri dari generasi muda maka pelatihan akan mendatangkan
manfaat dalam bidang:
1. Bidang
Sastra
Randai yang mengutamakan sastra, dalam bentuk
pantun, syair dan talibun memiliki unsur sastra yang komplit dengan makna
tersirat dan tersurat. Disampaikan dengan untaian kata yang indah dengan irama khas minang dapat merajut perasaan sesuai dengan nilai sastra yang disampaikan.
Jenis pantun gembira dapat membawa
generasi muda kepada sikap dan semangat bertindak secara bersama musyawarah dan bersatu. Sedangkan pantun yang bersifat sedih dapat
mengajak generasi muda memahami
persoalan-persoalan yang dirasakan oleh penderita diluar dirinya sendiri.
2. Bidang
Ekonomi
Kemampuan
bermain randai dapat mendatangkan keuntungan sebagai berikut:
a. Bagi
yang memiliki kemampuan dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melatih masyarakat diluar lokasinya dan dia dapat menerima imbalan jasa dari
hasil pelatihannya .
b. Bagi pemain randai
yang sudah profesional yang mampu
bermain secara profesional, dia bisa bermain untuk kebutuhan-kebutuhan lain
yang sifatnya komersial seperti untuk kegiatan kepariwisataan pesta perkawinan
dan even tertentu, dapat meningkatkan
ekonomi dari dua hal. Pertama , pemain mendapat imbalan dari hasil
penampilannya , dan kedua, masyarakat juga menuai hasil dari pertunjukan
tersebut seperti jualan makanan, cenderamata, menyewakan pakaian yang spesifik
( adat ) dan lain-lain. Jelas kegiatan ini akan membuka lapangan kerja
3. Bidang
IPTEKS
a. Salah
satu pemeliharaan dan pengembangan dan pelestarian kesenian tradisional
Minangkabau khususnya randai .
b. Dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas pemain randai
c. Dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bermain randai bagi generasi muda
atau masyarakat dalam upaya meningkatkan
kemampuan memahami sastra
Minangkabau baik dalam bentuk dialog , pantun dan syair.
BAB II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
Motivasi pengabdi
untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat timbul setelah
melakukan tinjauan kepustakaan sebagai berikut:
1.
Membaca
tulisan Herawati ( 2006 ) judul Laporan Pelatihan Keterampilan Dendang di SMPN
4 Kota Padang Panjang. Dengan isinya melatih keterampilan dendang siswa-siswi umur berkisar 12 sampai 16 tahun.
Mereka berlatih dengan serius dan berusaha meniru garinyiak dengan benar.
Dendang yang berhasil dikuasai anak-anak tergolong dendang gembira. Jenis ratok
kurang disukai dan belum bisa mereka cerna. Tulisan ini memberi pemahaman pada
pengabdi bahwa melatih dendang seharusnya
tidak hanya berhenti pada usia SLTP saja , seharusnya berlanjut sampai
usia dewasa. Kesenian Randai yang didominasi oleh unsure sastra, disajikan
dalam bentuk dendang dan dialog, akan dapat menyampaikan pesan pesan yang
bermakna bagi masyarakat.
2.
Membaca
tesis Amran , Dendang darek di Tilatang kamang Luhak Agam Minangkabau ( 2005 )
Yaitu dendang merupakan tradisi lisan yang berisi pantun-pantun yang
dinyanyikan menceritakan berbagai pengetahuan , adat istiadat seperti tradisi
cerita rakyat, legenda, hukum adat yang berlaku legal pada suatu masyarakat dan
disampaikan secara turun temurun secara lisan. Tema dendang meliputi berbagai
segi kehidupan seperti penderitaan, pendidikan, agama dan sebagainya. Tulisan
ini menjelaskan arti dan makna dendang bagi masyarakat Minangkabau, ini dijadikan pedoman untuk mengamati arti
pantun dalam dendang Randai untuk kepentingan pemahaman makna pantun
berkomunikasi antar sesama usia dan
kepada yang lebih tua.
3.
Membaca
tulisan Gitrif Yunus , Status Seni Pertunjukan Tradisional dalam Pandangan
Masyarakat Yang ditulis dalam Seni Pertunjukan Indonesia MSPI Jurnal Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia ( 1992 ) yaitu:.........menurunnya apresiasi
masyarakat terhadap seni pertunjukan nasional karena tidak licinnya proses
regenerasi . Tulisan ini menjelaskan perkembangan kehidupan kesenian
Minangkabau yang berangsur-angsur punah disebabkan tidak adanya pengetahuan dan
keterampilan tradisionall Minangkabau yang dimiliki oleh generasi penerus.
Untuk menimbulkan minat dan pengetahuan terhadap kelangsungan hidup kesenian
tradisional maka seyogianyalah pelatihan
Randai selalu diberikan kepada generasi muda agar sastra yang bermakna yang
disampaikan melalui dendang dan dialog
merupakan bagian dari kebutuhan hidup masyarakat.
4.
Tulisan
Dieter Mack ( 2001 ) Pendidikan seni merupakan pendidikan sikap estetis untuk
membantu membentuk manusia seutuhnya
yang seimbang dan selaras dalam
perkembangan fungsi jiwa. Perkembangan pribadi dengan memperhatikan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta
hubungan dengan Tuhan. Berdasarkan pernyataan diatas maka pelatihan Randai
seharusnya selalu berkesinambungan agar seni sastra yang bercirikan Minangkabau dengan
pantun-pantun yang memberi makna pendidikan dan keharmonisan hidup
bermasyarakat menjadi budaya oleh masyarakat khususnya generasi muda di desa Limau Purut kecamatan
Pariaman Timur Kabupaten Padang Pariaman.
5.
Teori
Konvergensi, teori ini berpendapat bahwa manusia dalam perkembangan
hidupnya dipengaruhi oleh bakat/
pembawaan dan lingkungan . Manusia lahir telah membawa benih-benih
tertentu . Benih-benih bisa berkembang karena pengaruh lingkungan, dengan
demikian perkembangan benih tergantung pada lingkungan. Usaha pendidikan yang
harus dilakukan adalah mengusahakan agar
benih-benih yang baik dapat berkembang sampai batas maksimum dan perkembangan
benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin , sehingga benih yang jelek tidak
dapat tumbuh. Berdasarkan teori ini
penulis merasa penting memupuk bakat yang ada , khususnya sebagian unsure
pokok Randai yang dimiliki oleh generasi
muda . Sekaligus ini merupakan salah satu upaya membina dan melestarikan Randai
sebagai kesenian tradisional yang mengandung pesan yang tinggi kepada generasi
muda.
BAB
III
MATERI
DAN METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah.
Masalah yang ditemui dalam pelatihan Randai
dipecahkan dengan cara sebagai berikut:
a.
Memberi
pemahaman tentang materi pokok yang akan dilatih,yaitu Randai dengan cerita
Siti Baheram [kaba klasik daerah setempat] serta menjelaskan tentang pentingnya
pelatihan Randai ini pada generasi muda masyarakat desa Limau Purut dalam upaya
peningkatan kemampuan penguasaan kesenian tradisional, khususnya Randai.
b.
Menjelaskan
tentang langkah langkah serta teknik dan
metoda penguasaan Randai.
c.
Mencontohkan
dan menjelaskan tentang unsur pokok Randai yaitu sastra [ dialog dan dendang]
,tari [galombang Randai dan pencak silat] dan music [talempong dan intrumen
lainnya sebagai penopang suasana].
d.
Latihan
/praktek secara terpisah masing masing unsure pokok Randai [dialog,
dendang,tari galombang dan
music].Kemudian secara perlahan lahan dilatih menggabungkannya sesuai dengan
konsep cerita.
e.
Menggabungkan materi pokok randai yang telah dilatih secara
terpisah-pisah , menjadi satu kesatuan sesuai konsep cerita randai.
B. Realisasi
pemecahan masalah
Permasalahan
yang dihadapi terealisasi sebagai berikut :
1.
Masyarakat
nagari Limau Purut khususnya generasi muda menyadari bahwa keterampilan bermain
Randai dibutuhkan tidak hanya saat dewasa saja, melainkan harus dimulai sejak
dini. Hal ini terlihat dari motivasi mereka dalam menguasai permainan Randai.
Mereka dengan serius berlatih, berusaha meniru materi yang di contohkan
instruktur.Memang kadang kadang generasi
muda masyarakat Limau Purut dipengaruhi
oleh teknik seni popular,seperti teknik vocal,teknik tari dan teknik drama,
namun bias diatasi dengan memberi kesadaran arti dan makna unsure pokok Randai
.
2.
Masyarakat
nagari Limau Purut khususnya generasi muda , memahami pentingnya mengetahui
sastra [kata-kata] dalam Randai, ini sangat berarti dalam berkomunikasi dengan
segala lapisan masyarakat sebudaya.
3.
Generasi
muda masyarakat Limau Purut mulai bisa memerankan bagian bagian materi Randai
sesuai dengan peran masing masing dan telah memahami susunan materi secara
utuh.
4.
Telah
terwujud satu paket randai dengan durasi permainan satu jam di masyarakat
nagari Limau Purut yang dimainkan oleh generasi muda.
C.
Metode
Kegiatan
Metode kegiatan
yang dimaksud adalah cara-cara yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi sebagai berikut :
1. Apresiasi,
dilakukan dengan dua cara, pertama dengan menayangkan permainan randai melalui
audio visual, setelah disaksikan, diadakan tanya jawab. Kedua, didemonstrasikan
randai secara perbagian dan dijelaskan makna dari bagian-bagian penting yang
tersirat.
2. Deskripsi,
diberikan penjelasan tentang gambaran umum permainan randai di Minangkabau
meliputi fungsi randai bagi masyarakat. Kemudian dijelaskan satu persatu unsur
randai yang mesti ada dalam permainan randai, serta latihan teknis untuk
menguasai keterampilan secara teknis.
3. Sistematis,
latihan dimulai dari awal kemudian harus berurutan sesuai dengan tingkat
kesulitan yang dikandung randai,. Diharapkan urutan materi yang sistematis akan
mewujudkan pelatihan secara efektif dan efisien.
Evaluasi, dengan cara pelatih melakukan evaluasi
sesuai materi yang diberikan. Evaluasi dapat memberi kesadaran yang positif,
konstruktif, memotivasinya untuk menguasai materi secara keseluruhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar