Rabu, 07 Desember 2011

PENGABDIAN MASYARAKAT: PELATIHAN KETERAMPILAN DENDANG PADA MASYARAKAT DI NAGARI SEI SARIK KECAMATAN VII KOTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN


Ketua Pelaksana Kegiatan :Hj. ASRI. MK. S.Kar
Publisher : Ayurizal S.Sn
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Analisis Situasi :
Salah satu kesenian tradisional yang menyampaikan nilai-nilai  komunikasi dalam berintegrasi sesamanya adalah Dendang yang berbentuk seni vokal dengan ciri khas garinyiak / garenek . Dalam penampilannya dendang tidak berdiri sendiri, secara tradisional sering diiringi oleh saluang. Akan tetapi juga ada dalam hal pemenuhan rasa seni sendiri-sendiri yakni dendang diungkapkan oleh seseorang  dalam bentuk senandung atau pantun atau sastra lainnya .
Kondisi kehidupan dendang saat ini  pada umumnya  mengalami kemunduran  baik kualitas maupun kuantitas . Hal ini terlihat dari sedikitnya peserta pada saat-saat diselenggarakan lomba dendang baik pada tingkat nagari, kecamatan , kabupaten dan propinsi ( kegiatan Taman Budaya ). Kadang-kadang setiap tahun pada kegiatan Taman Budaya yang berdendang  orangnya itu keitu juga bahkan sering terjadi “ penyewaan “ pendukung oleh beberapa kabupaten dengan mengambil / meminjam / menyewa pada kabupaten lain dan diatas namakan pada kabupaten yang menyewa. Apalagi jika dilihat dari usia pendukung sangatlah kecil jumlahnya pendendang usia muda.
Kualitas dan kuantitas pendukung dendang yang kurang, salah satu penyebab adalah karena pembinaan dendang  dilakukan belum terprogram dan berkesinambungan sehingga dengan bergulirnya waktu yang berpengaruh dalam segala segi kehidupan  mengakibatkan dendang sering tertimbun. Apalagi  pengelolaanya  belum menjadi prioritas bagi masyarakat . Kondisi ini  mengakibatkan kehidupan dan frekuensi pertunjukannya lebih rendah dibandingkan dengan kesenian lain ( modern ). Hal ini  dimasa datang sangat menghawatirkan pengabdi , dimana telah terjadi penurunan pengemban / pewaris dendang dan dengan mudah  dendang  tentu diancam kepunahan. Kekhawatiran inilah yang mendorong  pengabdi  untuk melakukan  pelatihan untuk membina dan meningkatkan frekuensi pertunjukan dendang
Keterampilan memainkan dendang  dapat memberi manfaat dalam kehidupan . Disamping  berguna untuk hiburan individu dan hiburan masyarakat   keterampilan ini dapat menjadi salah satu sumber mata pencaharian untuk membantu kelangsungan kehidupan  dan tidak disadari bahwa kegiatan ini telah menunjang program  pembangunan pemerintah  dalam memelihara dan mengembangkan  seni budaya  warisan leluhur. Ungkapan ekspresi   pemain dendang yang dilahirkan dalam bentuk  sastra ( pantun, syair, talibun )  merupakan suatu konsep   sastra di Minangkabau yang menyampaikan  sesuatu dengan kiasan , sindiran dan ibarat.  Ungkapan ini merupakan nilai sopan santun yang bijaksana dalam berkomunikasi . Hasil survey pengabdi menyimpulkan bahwa komunikasi melalui dendang dengan pantun atau syair atau talibun yang estetis dapat merajut perasaan menciptakan kerukunan memberi sugesti mengenal diri / koreksi diri antar masyarakat sebudaya . Konsep mengenal diri ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama generasi muda dalam mewujudkan masyarakat madani  yang hidup penuh toleransi , rukun dan damai.
Hasil survey pengabdi pada masyarakat  nagari Sei. Sarik kecamatan VII koto Kabupaten Padang Pariaman  memiliki indikasi  bahwa  generasi muda sudah kurang mencintai dendang  sebagai seni tradisi warisan nenek moyangnya sehingga saat ini sangat sulit  mencari pendendang usia muda apalagi anak-anak di nagari ini.  Kondisi seperti ini sangat menghawatirkan bagi pengabdi  disangsikan akan terjadi penurunan minat generasi muda  terhadap penguasaan keterampilan dendang. Tidak adanya minat  salah satu penyebab  jaraknya  dendang dengan masyarakat . Untuk menyikapi inilah diperlukan usaha melatih dendang pada masyarakat terutama generasi muda  di nagari Sei. Sarik kecamatn VII koto kabupaten Padang Pariaman.
Ancaman seni  tradisi pada umumnya  terjadi  pada berbagai jenis dan  bentuk  akan tetapi kekhawatiran kepunahan yang dalam  tertumpu kepada dendang  sebab penguasaan keterampilan dendang sangatlah sulit , dia lahir dari ekspresi seni yang paling dalam  dengan media instrumennya adalah suara sendiri.  Disamping minat generasi muda terhadap dendang kurang ,  ancaman kepunahan lain disebabkan oleh system pewarisan secara oral . Pewarisan ini sangat dipengaruhi oleh sikap, prilaku antara pewaris dengan yang diwarisi. Dan ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan  pewarisan. Oleh sebab itu  upaya pelatihan oleh  tenaga akademis  diharapkan dapat mempertipis kecemasan ancaman kepunahan dendang dimasyarakat nagari Sei. Sarik  kecamatan VII koto kabupaten padang Pariaman.



B.     Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari analisis situasi yang telah dikemukakan diatas maka , dapat dibuat rumusan masalah yang akan dipecahkan. Diantaranya adalah:
1.      Pengetahuan generasi muda / masyarakat tentang konsep pantun dalam berdendang masih rtendah.
2.      Penguasaan secara teknis generasi muda/ masyarakat Sei. Sarik Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman tentang unsur-unsur pokok dendang ( sastra dan garinyiak ) masih kurang.
3.      Penguasaan perkembangan dendang masa kini masih kurang.
4.      Kesadaran generasi muda / masyarakat tentang penguasaan permainan dendang baik teori maupun praktek masih kurang.

C.     Tujuan Kegiatan
1.      Meningkatkan pengetahuan generasi muda / masyarakat secara teknis tentang ciri khas dendang
2.      Meningkatkan pengetahuan generasi muda dan masyarakat tentang konsep pantun dalam berdendang  di Minangkabau yang mampu meningkatkan sikap sopan santun dan bijaksana dalam berkomunikasi dengan segala lapisan masyarakat .
3.      Meningkatkan pengetahuan generasi muda / masyarakat tentang  jenis dan bentuk dendang yang berkembang di Minangkabau
4.      Meningkatkan kesadaran generasi muda/ masyarakat tentang pentingnya penguasaan  berdendang sehingga disadari bahwa dendang dapat meningkatkan status di masyarakat dan dapat mendatangkan keuntungan baik untuk pribadi maupun kelompok.

D.    Manfaat Kegiatan
Dikarenakan anggota yang dilatih terdiri dari generasi muda maka pelatihan akan mendatangkan manfaat dalam bidang:
1.      Bidang Ekonomi
Kemampuan berdendang dapat mendatangkan keuntungan sebagai berikut:
a.       Bagi yang memiliki kemampuan dapat meningkatkan ekonomi dengan cara  melatih masyarakat diluar lokasinya  dan dia dapat menerima imbalan jasa dari hasil pelatihannya .
b.      Bagi  Pendendang yang sudah profesional  yang mampu berdendang dengan grup saluang dendang lainnya , dia bisa bermain untuk kebutuhan-kebutuhan lain yang sifatnya komersial
2.      Bidang Pendidikan
a.       Mendidik generasi muda memahami makna sastra Minang yang lahir dalam bentuk pantun, syair dan talibun yang mengandung arti ibarat, kiasan dan sindiran.
b.      Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berdendang bagi generasi muda / masyarakat dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pemahaman terhadap budaya dendang di Minangkabau.





















BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Motivasi pengabdi  untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat timbul setelah melakukan tinjauan kepustakaan sebagai berikut:
1.      Membaca tulisan Herawati ( 2006 ) judul Laporan Pelatihan Keterampilan Dendang di SMPN 4 Kota Padang Panjang. Dengan isinya melatih keterampilan dendang  siswa-siswi umur berkisar 12 sampai 16 tahun. Mereka berlatih dengan serius dan berusaha meniru garinyiak dengan benar. Dendang yang berhasil dikuasai anak-anak tergolong dendang gembira. Jenis ratok kurang disukai dan belum bisa mereka cerna. Tulisan ini memberi pemahaman pada pengabdi bahwa melatih dendang seharusnya  tidak hanya berhenti pada usia SLTP saja , seharusnya berlanjut sampai usia dewasa. Pada saat ini pematangan berdendang baru bisa muncul dan bisa bermain dengan ditonton oleh masyarakat luas .
2.      Membaca tesis Amran , Dendang darek di Tilatang kamang Luhak Agam Minangkabau ( 2005 ) Yaitu dendang merupakan tradisi lisan yang berisi pantun-pantun yang dinyanyikan menceritakan berbagai pengetahuan , adat istiadat seperti tradisi cerita rakyat, legenda, hukum adat yang berlaku legal pada suatu masyarakat dan disampaikan secara turun temurun secara lisan. Tema dendang meliputi berbagai segi kehidupan seperti penderitaan, pendidikan, agama dan sebagainya. Tulisan ini menjelaskan arti dan makna dendang bagi masyarakat Minangkabau,  ini dijadikan pedoman untuk mengamati arti pantun dalam dendang untuk kepentingan pemahaman makna pantun berkomunikasi  antar sesama usia dan kepada yang lebih tua dalam masyarakat Minangkabau.
3.      Membaca tulisan Gitrif Yunus , Status Seni Pertunjukan Tradisional dalam Pandangan Masyarakat Yang ditulis dalam Seni Pertunjukan Indonesia MSPI Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia ( 1992 ) yaitu:.........menurunnya apresiasi masyarakat terhadap seni pertunjukan nasional karena tidak licinnya proses regenerasi . Tulisan ini menjelaskan perkembangan kehidupan kesenian Minangkabau yang berangsur-angsur punah disebabkan tidak adanya pengetahuan dan keterampilan tradisional Minangkabau yang dimiliki oleh generasi penerus. Untuk menimbulkan minat dan pengetahuan terhadap kelangsungan hidup kesenian tradisional maka  seyogianyalah pelatihan selalu diberikan kepada generasi muda agar berdendang merupakan bagian dari kebutuhan hidup masyarakat.
4.      Tulisan Dieter Mack ( 2001 ) Pendidikan seni merupakan pendidikan sikap estetis untuk membantu membentuk manusia  seutuhnya yang seimbang dan selaras  dalam perkembangan fungsi jiwa. Perkembangan pribadi dengan memperhatikan  lingkungan sosial, budaya, alam sekitar serta hubungan dengan tuhan. Berdasarkan pernyataan diatas maka pelatihan dendang seharusnya selalu berkesinambungan agar seni vokal yang bercirikan Minangkabau dengan pantun-pantun yang memberi makna pendidikan dan keharmonisan hidup masyarakat menjadi budaya oleh masyarakat khususnya  generasi muda di Sungai Sarik.
5.      Teori Konvergensi, teori ini berpendapat bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya  dipengaruhi oleh bakat/ pembawaan dan  lingkungan .  Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu . Benih-benih bisa berkembang karena pengaruh lingkungan, dengan demikian perkembangan benih tergantung pada lingkungan. Usaha pendidikan yang harus dilakukan adalah mengusahakan  agar benih-benih yang baik dapat berkembang sampai batas maksimum dan perkembangan benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin , sehingga benih yang jelek tidak dapat tumbuh.  Berdasarkan teori ini penulis merasa penting melatihkan dendang sebagai salah satu kesenian tradisional yang mengandung pesan yang tinggi kepada generasi muda.
















BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A.      Kerangka Pemecahan Masalah.
Masalah dilapangan  dipecahkan dengan cara sebagai berikut:
a.       Pengabdi menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan dengan materi dendang  pada generasi muda masyarakat nagari Sungai Sarik , yang mana dendang sekarang ini telah mulai ditinggalkan oleh generasi muda, khususnya di lokasi pengabdian ini.
b.      Pengabdi menjelaskan  tentang teknik melahirkan suara khusus untuk dendang dan langkah-langkah atau cara-cara  penguasaan dendang.
c.       Pengabdi menjelaskan tentang unsur-unsur pokok dendang yaitu sastra, suara, kata-kata  tambahan dan garinyiak.
d.      Mempraktekkan  dendang dengan ciri-ciri khas dendang  sesuai jenis dendang [jenis ratok dan gembira]. 
e.       Praktek berdendang dengan gabungan bersama saluang .Latihan ini sengaja dilakukan adalah untuk menyatakan bahwa dendang itu dalam penampilannya tidak sendiri, melainkan selalu bersama dengan saluang. Oleh sebab itu teknik dendang bergabung dengan saluang menjadi bagian utama dalam penguasaan dendang.
f.       Latihan memainkan dendang secara sendiri-sendiri dengan pantun, syair dan talibun yang berbeda-beda., kemudian menggabungkannya kembali dengan saluang atau main bersama saluang.

B.     Realisasi pemecahan masalah
Permasalahan yang dihadapi dapat  direalisasi kan dengan cara-cara sebagai berikut :
1.      Masyarakat  mulai  menyadari bahwa keterampilan dendang ternyata sangat sulit menguasainya. Oleh sebab itu , pelatihan dendang dibutuhkan tidak hanya saat dewasa saja, tapi  harus dimulai sejak pendidikan dini. Hal ini terlihat dari motivasi mereka dalam menguasai keterampilan dendang.
2.      Khusus masyarakat generasi muda  mulai bisa berdendang dengan vokal dan teknik yang benar pada dendang jenis gembira , meskipun kadang-kadang sering dipengaruhi oleh teknik melagukan lagu-lagu populer.
3.      Generasi muda mulai  memahami pentingnya kata-kata tambahan  dalam melahirkan lagu dengan ciri khas yang benar (garinyiak/anak-anak suara).
4.      Masyarakat telah memahami eksistensi dendang dalam penampilan seni tradisional seperti saluang dendang, dan randai.
5.      Generasi muda mulai bisa menempatkan ketinggian suara [nada] dendang sesuai dengan nada saluang  yang mengiringinya.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

            Bab ini menguraikan secara rinci kegiatan yang dilakukan di lapangan mulai dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan hasil yang dicapai.
A.     Persiapan
Sebagai tenaga pengajar , pengabdi punya tanggungjawab moral mengamati minat bakat masyarakat terhadap seni tradisional. Pada saat ini, pandangan tertuju pada masyarakat nagari Sungai Sarik khususnya generasi muda. Setelah pengamatan berlangsung, disusun proposal dan diajukan ke Puslit P3M STSI Padangpanjang.  Setelah dinyatakan lulus seleksi oleh kepala pusat penelitian dan pengabdian pada masyarakat STSI padang panjang, kegiatan dilanjutkan dengan menghubungi pemuka masyarakat setempat untuk mempersiapkan peserta yang akan mengikuti pelatihan dendang. Cara memilih peserta diserahkan pada pemuka masyarakat yang bergerak didalam pembinaan dan pengembangan seni budaya masyarakat  daerah setempat. Syarat mutlak diberikan sebagai berikut.
-          Memiliki suara yang tidak sumbang (fals)
-          Memahami ritme lagu
-          Memiliki dasar dasar menyanyikan lagu minang
-          Memiliki dasar-dasar menyanyikan lagu-lagu yang bersifat islami
-          Jumlah peserta maksimal 20 orang

Lagu-lagu yang akan dilatihkan terdiri dari mayoritas lagu daerah setempat, yang pada saat ini telah cenderung ditinggalkan oleh generasi muda. Judul-judul lagu yang akan dilatihkan terdiri dari jenis lagu gembira dan ratok. Lagu gembira dimaksud adalah lagu-lagu yang bisa didendangkan dengan ketukan yang pasti sedangkan lagu-lagu yang berjenis ratok adalah lagu-lagu yang memiliki ketukan yang tidak jelas/ pasti. Jenis lagu yang diajarkan sebagai berikut :
-          Piaman Lamo
-          Ya ohoi
-          Talago biru
-          Batang kampar
-          Indang piaman
-          Barambun malam
Lagu-lagu jenis ratok sebagai berikut :
-          Dayang daini
-          Simarantang
-          Buai anak
-          Suaian
-          Alilarao
-          Risaulai
-          Simarantang tinggi

Pemilihan sastra dendang dalam bentuk pantun, syair dan talibun disesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat. Sehingga sastra dapat menjadi jembatan  dalam pembentukan kecintaan generasi muda kepada dendang.

B.     Pelaksanaan
Pelaksanaan  ditetapkan  secara bersama-sama antar para pemain yaitu latihan dua kali dalam satu minggu, mengenai hari dan waktu yang tepat disesuaikan  dengan komitmen antara peserta dengan pelatih, kadang-kadang hari sabtu dan minggu dan kadang-kadang hari rabu dan sabtu.
Pada bulan pertama yaitu bulan April 2009  semua peserta dilatih dengan ciri khas dendang jenis gembira  serta teknik mengeluarkan suara dalam berdendang. Kemudian diperkenalkan cara-cara  memenggal pantun, mendendangkan melodi dengan kata-kata asli dan tambahan  serta mendendangkan dalam  sebuah kalimat tanya  dan kalimat jawab. Kalimat tanya dan kalimat jawab  dalam sebuah lagu bisa  dalam bentuk pantun dan bisa dalam bentuk syair.
 Sesuatu yang paling penting dan selalu diingatkan  adalah teknik melahirkan ciri khas  dendang dalam bentuk garinyiak  dengan memakai kata tambahan, karena inilah yang membedakan antara dendang dengan  lagu yang lain. Pada bulan pertama ini target yang ingin dicapai adalah para peserta bisa melahirkan dendang jenis gembira  dengan teknik yang benar.
Kegiatan pada bulan kedua yaitu bulan Mei 2009 ,  semua peserta dilatih dengan jenis dendang ratok,  terlebih dulu dilatihkan cirri-ciri khas dendang jenis ratok , teknik melahirkan suara dengan  memenggal kata dan  menambah dengan kata-kata  tambahan .Hal yang menjadi  target utama adalah melahirkan  ciri khas dendang jenis ratok . Langkah awal yang dilakukan adalah  mengambil sebuah pantun  dan menjadikan dendang dalam bentuk ratok. Kata-kata dendang yang di penggal  memiliki ciri khas  melodi sesuai  dengan judul lagu yang dibawakan. Dalam upaya pelatihan dilakukan secara  peniruan antara pelatih dan yang dilatih. Pelatih mencontohkan yang dilatih menirukan. Agar yang dilatih ingat setelah sampai di rumah , disarankan mereka merekam suara dendang pelatih. Ini mereka gunakan untuk membantu kelancaran pelatihan . Untuk menambah wawasan  keterampilan peserta , pelatih memberikan  beberapa contoh rekaman  kaset dendang tradisi jenis ratok .
Bulan ketiga juni 2010, materi latihan  terdiri dari penggabungan  dendang jenis gembira dan jenis ratok, jenis dendang ini dipraktekkan secara berulang-ulang dalam beragam bentuk pantun. Kemudian dilatih dengan bantuan saluang yang juga dimainkan oleh salah seorang anggota yang dilatih yang mampu memainkan saluang. Demikian secara bergantian mereka berdendang diiringi dengan saluang.

C.     Hasil Yang Dicapai

Melihat kepada pelaksanaan di lapangan, maka hasil yang dicapai dapat dilaporkan sebagai berikut :
1.      Anggota yang dilatih relative telah menguasai dendang jenis gembira  dalam bentuk sederhana, artinya  belum sepenuhnya garinyiak yang diharapkan bisa dilahirkan. Akan tetapi juga didapat satu orang peserta yang memiliki talenta sebagai pendendang saluang jenis gembira, ini merupakan cikal bakal pendendang yang disiapkan untuk biduan / pegurindam dalam permainan randai nantinya.
2.      Dendang jenis ratok memang sulit dilahirkan dengan  benar , karena cirri khas ratok dirasakan sangat sulit oleh peserta. Kadang-kadang mereka selalu berusaha melahirkan anak-anak suara , namun sering kedengaran fals.
3.      Beberapa judul lagu dalam jenis dendang gembira  sudah dapat digunakan peserta dalam permainan  saluang dendang. Sedangkan dendang jenis ratok  hanya dapat dasar-dasarnya saja.
4.      Minat dan apresiasi generasi muda jadi meningkat dalam hal pemahaman arti pantun yang mengandung pesan-pesan moral masyarakat baik  dalam bentuk kelompok maupun individu.






















BAB V
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Laporan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dengan materi dendang  dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan pelatihan dilakukan  berdasarkan kepada  analisis situasi  pada generasi muda masyarakat nagari Sungai Sarik Kecamatan VII koto kabupaten Padang Pariaman meliputi analisis minat  dan bakat serta apresiasi atau  perhatian  masyarakat khususnya generasi muda terhadap dendang.
2.      Sastra dendang  ditetapkan atas dasar nilai-nilai yang terkandung dalam berkomunikasi , yang dilahirkan  berbentuk pantun dan syair. Nilai tersebut disampaikan dalam komunikasi melalui  kata-kata perumpamaan , ibarat ataupun kiasan.
3.      Latihan berlangsung selama tiga bulan  dengan   terprogram selama dua kali dalam satu mingggu dengan jadwal tetap sesuai kesepakatan  peserta.
4.      Hasil yang dicapai  adalah generasi muda telah menguasai beberapa judul  lagu jenis gembira dan ratok  dalam bentuk dasar-dasarnya saja.

B.     Saran
1.      Disarankan agar  generasi muda  dapat menguasai beberapa judul dendang jenis dendang gembira dengan teknik yang benar dan menguasai salah satu dendang jenis ratok  sebagai dasar untuk  langkah belajar selanjutnya.
2.      Kepada sahabat baik yang berada di ISI Padang Panjang maupun yang bergerak sebagai  pembina dan pengelola seni di daerah  disarankan agar melestarikan dendang sesuai dengan konsep tradisional.
3.      Kepada masyarakat luas  agar dapat   menyampaikan nilai-nilai ungkapan minang dalam bentuk perumpamaan , kiasan dan ibarat dengan sastra berbentuk pantun , syair dan talibun.
4.      Diharapkan kita semua sama-sama melestarikan seni tardisional khususnya dendang.












DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amran. 2005. “Dendang Darek di Tilatang Kamang Luhak Agam Minangkabau ( Tesis )” Universitas Udayana . Denpasar.
Dalyono. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.
Depdikbud. 1992, Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Oleh Perguruan Tinggi. Jakarta. Dirjmdikti.
Dieter Mack. 2001. Pendidikan musik antara harapan dan realitas . Jakarta. Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ).
Etmonson. W. 1981. “ Spoken Discourse : A Model For Analysis “’ London: Longman.
Gitrif Yunus . 1992. Status Seni Pertunjukan Dalam Pandangan Masyarakat Minangkabau” dalam seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Herawati . 2006. “ Laporan Pelatihan Keterampilan Dendang di SMPN 4 Kota Padang Panjang “
Netl, Bruno. 1964. Teori and Method In Ethnomusicology, London : The Free Prss Of Glencee Collier Macmillan Limited .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar