Publisher : Ayurizal, S.Sn
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Analisis Situasi
Kerajinan
sulaman merupakan salah satu hasil kerajinan tradisional khas Minangkabau yang
mempunyai ciri dan karakter tersendiri dari sulaman yang ada di Indonesia seperti
ragam hias yang terdapat dalam produk sulaman. Motif-motif yang digunakan oleh perajin sulam Minangkabau
pada produk kerajinan pada umumnya mempunyai nilai saling keterkaitan antara
motif dengan kegunaan dari produk sendiri itu.
Pelatihan dan
penyuluhan ornmen dalam upaya peningkatan kreatifitas seni tradisi melayu bagi
para perajin di enam Jrong Kenagarian Pilubang Kec. Sungai Limau Kabupaten
Padang pariaman yang merupakan kegiatan yang berhubugan dengan pengabdian
kepada masyarakat. Pelatihan penerapan motif tradisional ini memberikan pengetahuan,
apresiasi, motifasi, untuk lebih dekat dan cinta akan budaya tradisional
Minangkabau yang merupakan potensi seni yang ada di Sumatera Barat. Pelatihan
pembuatan dan penerapan ornament tradisional ini bertujuan untuk meningkatkan
kreativitas perajin di dalam membuat produk sulaman dan bordir yang lebih
berfariasi dengan motif yang memiliki ciri khas Minangkabau.
Para pengrajin
sulaman dan bordir di Enam Jorong kebanyakan kaki tangan atau bawahan dari para
perajin sulaman dan bordir di Naras Pariaman yang menjadi sumber dari
pengambilan kerja sulaman dan bordir. Ragam hias sulaman Enam Jorong bercorak
flora dan fauna yang diterapkan pada baju kurung, selendang, permukaan kelambu
untuk pengantin baru, dan bentuk-bentuk produk lainnya.
Produk seni
kerajinan sulam yang ada di Naras sampai enam jorong pada awalnya motif yang
diterapkan berorientasi pada alam, tapi sekarang motif Minangkabau telah mulai
ditinggalkan, dan menerapkan ragam hias hasil ciptaannya sendiri. Mereka tidak
mengambil dari ragam hias Minangkabau yang sudah ada. Dengan melihat situasi
tersebut kiranya perlu untuk melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada para
perajin sulam dan bordir di Enam Jorong mengenai ragam hias Minangkabau. Yang
bertujuan untuk menerapkan kembali motif Minangkabau sebagai motif sulaman pada
produk yang mereka buat dengan melakukan pengembangan dengan tidak merobah
makna motif yang telah ada. Diterapkan kembali motif Minangkabau pada seni
kerajinan sulam Koto Gadang akan memperlihatkan ciri khas dari produk para perajin
Minangkabau.
B. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
ini dilakukan untuk menelaah berbagai sumber yang ada relevansinya dengan
pengabdian pada masyarakat yang akan dilakukan. Dalam hal ini, bertujuan untuk
memfokuskan tujuan dan manfaat pengabdian.
Sejarah
perkembangan sulaman secara umum dan khusus di Sumatra Barat, dapat dibaca
dalam bukunya Aswar (1999) berjudul “Antakesuma
Suji Dalam Adat Minangkabau”. Buku ini memaparkan penerapan beberapa sulaman dalam
perangkat adat, serta makna lambang dan fungsi hiasan. Buku ini juga
menjelaskan bahwa pada intinya seni kerajinan sulam di Minangkabau dikarenakan
adanya hubungan dagang dengan negeri Cina yang dimulai sejak zaman Sriwijaya
abad ke 7.
Buku yang berjudul “Indonesia Indah
Kain-kain Nontenun Indonesia”, karangan Affendi (1995), mengulas
jenis-jenis seni kerajinan tekstil tradisional di Indonesia, di antaranya seni
kerajinan sulam di Sumatra Barat. Ia membahas jenis dan teknik menyulam di
beberapa daerah di Sumatra Barat. Dalam buku yang lain dibahas teknik menghias
kain agar lebih indah, baik untuk pakaian maupun interior rumah tangga yang
terdapat dalam buku Teknik-teknik
Menghias Busana dan Lenan Rumah Tangga, karya Yusmerita (1992). Ia
memaparkan jenis tusuk hias dan penerapannya pada tekstil, seperti terawang dan
jahit smock.
Buku berjudul “450 Contoh Sulaman”
yang ditulis oleh Snook (1996) mengulas beragam teknik sulaman atau tusuk hias,
seperti tusuk pipih, tusuk peston, tusuk rantai, dan lain-lain, yang
diterangkan dengan jelas. Pada setiap contoh tusuk yang disajikan disertai
gambar sehingga mudah dimengerti oleh penikmat. Kemudian, buku berjudul Seni Kreatif dan Terampil Berkreasi Dengan
Benang yang ditulis Soerjono (1997), menjelaskan tentang berbagai macam
jenis benang yang baik, yang dapat dipakai untuk membuat sulaman, antara lain
benang katun, mauline, benang katun perl, benang katun bordir, dan benang
yang lainnya.
Dalam bukunya Jumanta (2004) yang berjudul “Pola Bunga untuk Sulaman dan Bordir”, menjelaskan tentang teknikdan
bordir serta sejarah bordir di samping itu juga dijelaskan proses pengerjaan
teknik sulaman dan bordir serta dilengkapi alat, warna dan sulaman dan bordir.
Dalam bukunya Abdul Wachid, dkk (1997) yang berjudul “Hj. Rosma dan Nukilan Bordir Sumatera Barat”, menjelaskan tentang
beberapa karya bordiran dan sulaman tangan yang motifnya sarat simbolis dan
terkait makna dengan spritual Minangkabau.
Buku ini juga menjelaskan tentang bahan, teknik, alat dan motif, serta
cara kerja dan hubungan kerajinan tangan dengan adat Minangkabau.
Dalam buku Sanny Poespo (2002) yang berjudul “Kebaya Modern” menjelaskan tentang kebaya sebagai busana bagi
perempuan Indonesia yang begitu anggun, cantik, dengan hiasan tangan atau
bordiran yang memberi kesan makna estetis dalam penampilannya. Di samping itu
dijelaskan penggambaran pola-pola yang menyangkut desain dan teknik sulaman
tangan dan bordir.
Dalam bukunya Van Der Hoop (1994) yang berjudul “ Indonesische Siermotieven Ragam-ragam Hias Indonesian Ornamental Design,
Dijelaskan mengenai berbagai ornamen baik dari ragam hias ilmu ukur, ragam hias
manusia, binatang, tanaman, dan sebagainya yang terdapat di Indonesia yang
diterapkan pada tenunan, ukiran kayu, logam, bangunan candi maupun benda-benda
untuk keperluan sehari-hari.
C.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berkaitan dengan kegiatan pelatihan penerapan motif tradisional Minangkabau dalam
upaya peningkatan kreatifitas perajin dunia
usaha sulaman dan bordir di Enam Jorong Korong Duku Kanagarian Pilubang
Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman, ada beberapa permasalahan
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Apresiasi para perajin sulam Enam Jorong terhadap motif
tradisional Minangkabau masih rendah
2.
Pengalaman dan pengetahuan para perajin mengenai motif
tradisional Minangkabau dan pembuatan produk mereka hasilkan masih harus dibina
dan diberi semangat agar kemampuan yang masyarakat miliki dapat bertahan terus dalam dunia usaha.
D. Tujuan Kegiatan
Adapun yang menjadi tujuan dari pelatihan dan penyuluhan bagi
para perajin dalam usaha sulaman dan bordir di Enam Jorong Korong Duku
Kanagarian Pilubang Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman adalah:
- Meningkatkan pengetahuan, apresiasi dan motifasi para perajin sulam terhadap ornamen tradisional Minangkabau sebagai ciri khas suatu daerah.
- Meningkatkan keterampilan para perajin sulam ddan bordir dalam berolah rupa baik teknis, metode dengan mempraktekkan secara langsung bentuk-bentuk ornamen tradisi.
- Agar masyarakat dan para perajin lebih mencintai budayanya sendiri secara dekat dan pentingnya pelestarian budaya daerah.
E. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini
adalah:
- Meningkatkan apresiasi, kreativitas, motivasi, para perajin terhadap potensi seni dan secara langsung bisa mengaplikasikan terhadap produk yang dihasilkan.
- Dari aspek sosial dan budaya, masyarakat diharapkan lebih kenal dekat dengan budayanya dan merasa memiliki sekaligus dalam pelestarikan budaya.
- Dengan adanya mempraktekkan pembuatan ornament tradisional Minangkabau dengan sentuhan estetik. Sehingga apa yang mereka dapatkan menjadi suatu yang berharga bagi pengembangan bakat yang dimiliki bisa tersalurkan dalam dunia usaha mereka.
F. Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang terdapat
dalam kegiatan pelatihan dan peyuluhan dalam menerapkan ornamen tradisional
adalah sebagai berikut:
- Menjelaskan tentang perlunya pengembangan (inovasi) dan pelestarian ornament tradisional Minangkabau.
- Memberikan keterampilan dalam pembuatan desain produk dan motif minangkabau.
- Memberikan keterampilan pada pengrajin dengan cara melatih secara langsung cara pembuatan produk dan penerapan motif tradisi Minangkabau.
- Memberikan penjelasan mengenai ornament tradisional Minangkabau dan makna dari setiap motif Minangkabau itu sendiri.
G. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang dianggap mampu dan
mau untuk dilibatkan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan mengenai ornament
tradisional ini adalah para perajin sulam yang ada di Enam Jorong Korong Duku
Kanagarian Pilubang Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman
guna kelancaran usahanya yang menyangkut bidang seni rupa.
BAB
II
MATERI
DAN METODE PELAKSANAAN
A.
Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan
masalah yang terdapat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan dalam upaya
menerapkan ornamen tradisional adalah sebagai berikut:
- Menjelaskan tentang perlunya pengembangan (inovatif) dan pelestariaan motif tradisional Minangkabau.
- Memberikan penjelasan mengenai motif tradisional Minangkabau dan makna yang terkandung dari setiap motif Minangkabau itu sendiri.
- Memberikan keterampilan dalam pembuatan desain produk dan motif Minangkabau
- Mempraktekkan langsung cara pembuatan produk dan penerapan motif Minangkabau pada sulaman.
B. Realisasi Pemecahan Masalah
1. Para perajin memahami akan pentingnya pengembangan
(inovatif) dan pelestarian motif tradisional Minangkabau.
2. Perajin telah mengetahui apa makna yang
terkandung dari setiap motif Minangkabau yang ada pada kain sulam.
3.
Perajin mampu membuat produk dan motif Minangkabau
4.
Perajin bisa menerapkan motif tradisional Minangkabau ke produk sulaman
dan bordir yang dihasilkan.
C. Metode yang digunakan
Metode
yang digunakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan adalah sebagai berikut:
- Penyuluhan kepada para perajin yang dilakukan dengan cara :
a.
Memberikan
penjelasan kepada para perajin tentang pentingnya mengetahui dan menerapkan
kembali ornament tradisional Minangkabau sebagai ciri khas daerah.
b.
Menjelaskan
kepada para perajin mengenai makna dari masing-masing motif Minangkabau dan
kaitannya dengan kehidupan dalam bermasyarakat
c.
Memberikan
dasar-dasar tentang keterampilan dan aplikasi untuk menciptakan karya yang
kreatif dan inovatif sehingga layak dan diminati oleh konsumen.
- Praktek pelatihan pembuatan ornament tradisional Minangkabau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar